Jingga

Cerita Puisi

Jingga dan Gelap


Seperti biasa jingga menunggu seseorang di langit sebuah gedung perumahan setiap senja

Dia bersenandung, liriknya syahdu, tanpa sabar menunggu  seseorang yang terus terusan di ingatanya.

Setelah habis segulung bait pujian penuh makna, seorang yang manis akhirnya tiba

Duduk meletakan pulpen aksara dengan gemulai indahnya menulis, jingga tersenyum malu menatapnya


Saat malam hingga pagi sampai kembali senja, jingga tenggelam dalam sebuah kolam harapan

Dia berkelahi dengan khayalan, tentang seseorang yang bahkan belum pernah saling berhadapan

Esoknya, tanpa sabar jingga bersenandung kembali, kini suaranya lebih lantang dan maknanya sangat mengharukan

Seseorang yang dia tunggu tiba,  kali ini bukan cuma jingga yang semringah, si penulis itu duduk juga bersenandung, keduanya sama sama mabuk penghayatan.


Lalu datang seseorang dan si penulis memanggilnya "malam" dengan senyum manisnya dia menyapa.

Sang malam pun membalas kemudian memanggil si penulis "Bulan" dengan senangnya mereka duduk bercengkrama.

Jingga tercengang ternyata si penulis bernama "Bulan" dia juga tediam, seri di wajahnya ternyata bukan untuknya

Matanya kosong melihat si Malam dan Bulan saling bertatap tatapan hangat  tepat di hadapanya.


Bulan terbang tinggi di atas awan, di rangkul rayuan, di raba raba kata kata cinta sang malam 

Bibirnya di cium percakapan hangat, sampai akhirnya Malam dan Bulan bercumbu Rindu dengan hening sunyi bersemayam

Sebuah bom atom meledak di dada sang jingga, dia cek tubuhnya baik baik saja, ternyata hatinya yang lebam.

Berawal sama bersenandung , bagi bulan ini senja terbaiknya, sementara jingga termenung ini senja  yang kelam.


Akirnya jingga sadar diri, seiring warnanya yang memudar, dia pergi dengan perasaan yang babak belur mengadu pada bintang

Saat warnanya padam jadi gelap, bintang menjawab, malam dan bulan memang sepasang kekasih, kamu tidak salah jingga, memang bulan yang kurang ajar sudah tau indah masih saja sembarang membentang 

Dengan tawanya, bintang menyuguhkan secangkir kopi pada jingga, akhirnya berirama dalam sebuah bincang.

Membicarakan tentang alam, walaupun hatinya yang masih sangat terpincang pincang.


Puisi cerita by

Falah Almatin

04-11-2020 


Komentar

Postingan Populer